Terungkap fakta menarik tentang generasi milenial dalam memilih panduan hidup mereka berdasarkan ajaran Epictetus.
Kenapa itu bisa terjadi?
Di tengah hiruk pikuk era digital, di mana tekanan sosial dan distraksi seolah tak ada habisnya, generasi milenial seringkali merasa terombang-ambing. Namun, di sinilah kebijaksanaan kuno dari seorang filsuf Stoik bernama Epictetus menemukan relevansinya. Ajarannya yang sederhana namun mendalam, kini menjadi panduan hidup yang dicari banyak orang untuk mencapai ketenangan batin.
Epictetus mengajarkan dua prinsip utama yang sangat relevan dengan kehidupan modern. Pertama, ia menekankan pentingnya memfokuskan energi hanya pada hal-hal yang benar-benar bisa kita kendalikan. Ini berarti melepaskan kekhawatiran tentang opini orang lain, tren media sosial, atau hal-hal eksternal lainnya yang berada di luar jangkauan kita. Sebaliknya, kita didorong untuk memusatkan perhatian pada respons, sikap, dan keputusan pribadi kita sendiri—elemen-elemen yang sepenuhnya berada dalam kendali kita.
Kedua, Epictetus mengajak kita untuk mengubah perspektif terhadap kesulitan. Alih-alih menghindari masalah atau menganggapnya sebagai halangan, ia melihat kesulitan sebagai kesempatan. Setiap tantangan yang kita hadapi adalah sarana untuk memperkuat karakter dan mencapai kedewasaan. Dengan menghadapi kesulitan secara bijaksana, kita dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang lebih tangguh.
Ajaran Epictetus ini menawarkan sebuah peta jalan bagi milenial untuk menavigasi kompleksitas hidup, menemukan kedamaian di tengah kekacauan, dan membangun karakter yang kuat di era yang serba cepat ini.